Makanan, Globalisasi dan Agama: Ekspresi Keberagamaan Kelas Menengah Muslim dalam Globalisasi Makanan
Abstract
Setiap orang membutuhkan makan. Makanan menjadi sumber nutrisi bagi tubuh. Namun dalam era modern, makanan tidak hanya berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan tubuh semata, tetapi juga berfungsi simbolik. Dalam konteks simbolik itu, pemilihan makanan dan rasa dari makanan tersebut tidak lagi dibentuk oleh pengecap yang bersumber dari pengetahuan. Pengetahuan tersebut dituntun oleh rasa yang mengglobal dan terus mempermainkan pengetahuan tentang makanan. Namun demikian, globalisasi bukanlah satu-satunya pembentuk pengetahuan atas makanan. Agama turut pula mempengaruhinya. Sehingga tercipta narasi yang indah antara makanan, globalisasi dan agama. Narasi itu membentuk hubungan sebuah rasa, rasa lokal dan rasa global. Tulisan ini mencoba mengetengahkan bagaimana globalisasi membentuk ekspresi beragama khususnya dalam hal makanan. Penulis bermaksud mengemukakan bahwa makanan yang setiap saat dimakan oleh manusia sejatinya tidak dapat dilepaskan proses sosial, terututama globalisasi. Proses globalisasi yang tengah terjadi pada saat ini sedikit banyak dapat membentuk pola keberagamaan khususnya dalam sistem makan sebuah masyarakat.
Downloads
References
Alexander Nutzenadel dan Frank Tentmann, “Introduction: Mapping Food and Globalization” dalam Food and Globalization, Consumption, Market and Politics in Modern World Oxford University Press, 2008.
Anonim, Handleiding fen diensfe van de Inlandsche Bestuursamblenaren Militaire Zaken No 29 Batavia: Van het Departement van Binnenlandsch Besturr, 1900.
Anthony Reid, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680 jilid 1 Jakarta: Pustaka Obor, 2014
Baty Subakti dkk, Reka Reklame; Sejarah Periklanan Indonesia 1774-1984 Yogyakarta: galang Press, 1993
Bedjo Riyanto, Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat di Jawa Masa Kolonial (1870-1915), Yogyakarta: Terawang, 2000.
Budi Bowoleksono, “Diplomasi Kuliner” Tempo 30 April-6 Mei 2018.
Gabriele Weichart, “Identitas Minahasa: Sebuah Praktik Kuliner” dalam jurnal Antropologi Indonesia No. 74 tahun 2004.
Hornsby, A.S. Oxford Advanced Learners Dictionary New York: Oxford University Press, 2005.
Irwan Abdullah, Kontruksi dan Reproduksi Kebudayaan Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Jyut Fitra,” Jendela Tua” Kompas Minggu 26 Oktober 2008.
Lilawati Kurnia, “ Seni Kulinari, Kekuasaan dan Multikulturalisme dalam Master Cooking Boy/ The Real Master Cooking Boy karya Etsushi Ogawa” dalam jurnal Wacana vol 9 no 2 2006.
Muhammad Syafii Antonio, Muhammad SAW The Super Leader Super Manager Jakarta: Mutiara Qolbu Salim, 2008
Nawal Nasrallah, Annals of The Chaliphs Kitchens Leiden, Brill, 2007.
P. Scholliers, Food, Drink and Identity; Cooking, Eating and Drinking in Europe Since the Middle Ages Oxford, N.Y, Breg, 2001.
Redem Kono, “ Globalisasi: Antara Makanan dan Urgensi Pendidikan” dalam Kletud\s Hekong (ed,.), Kiblat Pendidikan Kita Yogyakarta: Moya Zama-Zam Printika, 2013
Rudi Setiawan, “Memaknai Kuliner Tradisional di Nusantara; Sebuah Tinjauan Etis” jurnal Respons; jurnal Etika sosial Vol. 21 No. 01 Juli 2016.
Rudiantara, “Social Wellness” di Media Sosial” Kompas, 21 Mei 2018
Saba Mahmood, Politics of Piety: The Islamic and Revival and the Feminist Subject New Jersey: Princenton University Press, 2005.
Warsito Raharjo Jati, Politik Kelas Menengah Muslim Indonesia Jakarta: LP3ES, 2017.
Wawancara dengan Takmir Masjid al Hidayah Demangan Baru Yogyakarta
The author(s) retain/s the copyright and grant/s Muharrik: Jurnal Dakwah dan Sosial the first publication rights licensed under the Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International (CC BY-NC 4.0) , which allows others to access (search, read, download and quote), share (copy and redistribute the material in any media or format) and adapt (mix, modify and develop) works for legitimate non-commercial purposes, with recognition of the authorship of the work and its initial publication in this journal.