NON-DIKOTOMI ILMU: INTEGRASI-INTERKONEKSI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Izzuddin Rijal Fahmi
Muhamad Asvin Abdur Rohman

Abstract

The relation between religion and science seems to be the dichotomous view. Both of them are like oil and water, two entities that cannot be reunited and separated. Due to “this dispute”, science often misses their ethics, so science and modern technology have actually humanized humans and distanced them from their nature. The conflict between them forces many intellectual Muslims to make epystemology briidge” for reconciling science and religion. This paper aims to analyze the tendency of dichotomy that occurs in Islamic scholarship. The Dichotomy is reflected in education with the “demarcative” separation between general (scientific) education and religious education. Therefore, one of the efforts to develop Islamic scholarly is to minimized dichotomy problem is called scientific integration-interconnection in Islamic education.


 


Hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan tampaknya menjadi pandangan dikotomis. Keduanya ibarat minyak dan air, dua entitas yang tidak bisa bersatu kembali dan dipisahkan. Dikarenakan “sengketa” ini ilmu pengetahuan mencoba merangkul konsep-konsep agama dan etika supaya ilmu pengetahuan-teknologi memiliki nuansa yang manusiawi. Konflik antara keduanya memaksa kaum Muslim intelektual membuat “jembatan epistemologi” untuk mendamaikan antara sains dan agama. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis tentang kecenderungan dikotomi yang terjadi pada keilmuan Islam. Dikotomi tersebut tercermin dalam pendidikan dengan adanya pemisahan secara “demarkatis” antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengembangkan keilmuan Islam dalam meminimalisasi problem dikotomik tersebut adalah apa yang disebut integrasi-interkoneksi keilmuan dalam pendidikan Islam.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##